Sabtu, 27 Agustus 2011

Puisi

Puisi 
               Anda akan menganalisi unsur-unsur yang terkandung dalam puisi. Salah satunya ialah mengenai citraan. Dengan demikian, anda akan lebih Memahami isi puisi yang anda baca atau anda dengar.
Penyair menciptakan sebuah puisi mungkin bermula dari kesan tak terlupakan dari sebuah realita kehidupan yang dilihatnya. Kesan yang mendalam itu setelah direnungkan lalu dikembangkan dengan imajinasinya. Selanjutnya, ia mengungkapkannya dalam pilihan kata (diksi) yang sesuai.
Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang mengalami perkembangan sangat pesat sesuai dengan pengaruh yang datang dari barat. Karya puisi yang saat ini berkembang tidak terikat lagi oleh aturan-aturan penulisan seperti halnya pada penuliasan lama. Puncak perubahan secara mendasar dalam puisi terjadi pada angakatan 45, terutama dipelopori oleh Chairil Anwar. Ikatan puisi lama sudah ditinggalkan. Kalau puisi lama masih mementingkan bentuk dari fisik puisi, puisi modern lebih mementingkan makna atau bentuk batin puisi.
              Pada hakikatnya struktur puisi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Struktur Fisik
Struktur fisik, meliputi diksi (diction), kata konkret (the concentrate word), majas (figurative language), dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma.

2.    Struktur Batin
Struktur batin puisi meliputi pencitraan perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (attention).


Tema adalah pokok  permasalahan yang disajikan dalam sebuah puisi. Tema biasanya berkaitan dengan masalah-masalah manusia, misalnya tentang kebudayaan, moral, atau sosial.
Amanat puisi adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang oleh pembaca puisi, misalnya pesan untuk menjalankan perintah Tuhan, menghargai pahlawan, menghormati orang tua, dan sebagainya.
Suasana adalah keadaan yang menyertai kejadian, peristiwa, atau hal-hal yang diungkapkan dalam puisi. Selain unsur-unsur puisi diatas, dalam puisi juga ada penggunaan kata-kata bermajas, berkonotasi, dan berlambang.
Majas juga disebut gaya bahasa. Ada bermacam-macam majas, diantaranya:

1. Personifikasi,   yaitu majas yang menggunakan kata-kata benda mati dikatakan hidup.
Contohnya: Nyiur melambai-lambai di tepi pantai.

2. Metafora, yaitu majas yang menggunakan kata-kata untuk menggantikan nama benda yang mempunyai sifat sama.
Contohnya: Dewi malam bersinar terang.

3. Hiperbola,   yaitu  majas yang menggunakan kata-kata berlebih-lebihan.
Contohnya: Ayah membanting tulang untuk menghidupi keluarga.

4. Litotes, yaitu majas yang menggunakan kata-kata untuk merendahkan diri.
Contohnya: Singgahlah ke gubuk kami.

5. Sinekdoks Pars Pro Toto, yaitu majaas yang menggunakan kata-kata yang menyebut sebagian untuk seluruhnya.
Contohnya: Batang hidungnya tak pernah kelihatan.

6. Sinekdoks Totem Pro Parte, yaitu majas yang menggunakan kata-kata yang menyebut seluruhnya untuk sebagian.
Contohnya: Indonesia menjadi juara Olimpiade.

7. Ironi,  yaitu majas yang menggunakan kata-kata untuk menyindir.
Contohnya: Bersih sekali kelas ini, pasti tidak pernah disapu.

Selain majas, konotasi dan lambing, dalam puisi terdapat citraan. Citraan yaitu penangkapan makna puisi oleh indra manusia, seperti pendengaran, penciuman, perasaan, dan penglihatan.



Singkatnya
Isi puisi terdiri atas hal-hal berikut.
  • Tema,        yaitu gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya.
  • Nada,        yaitu pengungkapan sikap penyair terhadap pembaca.
  • Perasaan,   yaitu ungkapan perasaan penyair.
  • Amanat,     yaitu kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.
   Pelafalan
      Pelafalan adalah pengucapan bunyi bahasa.

   Intonasi
     Intonasi atau irama adalah gelombang turun naik, keras lembut, dan panjang pendek suara atau bunyi bahasa.

    Ekspresi
       Ekspresi terdiri atas mimik dan kinesik. Mimik merupakan perubahan atau ekspresi raut muka seseorang. Sementara itu, kinesik adalah gerak tangan dan tubuh untuk berkomunikasi.

    Selain pemahaman di atas, hal yang sebaiknya juga kita pahami sehubungkan dengan puisi adalah citraan. Citraan atau pengimajian merupakan unsur puisi yang harus dipahami dalam rangka mendapatkan makna  yang utuh dari puisi yang kita baca. Citraan atau imaji dapat diartikan sebagai suatu penggambaran pengalaman yang berhubungkan dengan benda, peristiwa, dan keadaan yang dialam penyair dengan menggunakan kata-kata yang khas agar dapat memberikan gambaran secara lebih nyata, baik hal yang bersifat Kebendaan, metaforik, maupun kejiwaan. Imaji atau citraa dalam puisi dapat memberikan gambaran kepada pembaca sehingga ia seolah-olah mendengar, melihat, merasakan, mencium, mempunyai pemikiran, meraba, dan mengalami seperti hal yang dialami penyair.
Dalam puisi memang diperlukan kekonkritan gambaran. Oleh karena itu, ide-ide abstrak yang tidak bisa ditangkap dengan alat-alat Keindraan, diberi gambaran atau dihadirkan dalam gambar-gambar  indraan. Diharapkan ide yang semula abstrak dapat ditangkap atau seolah-olah dilihat, didengarkan, dicium, diraba, atau dipikirkan. Atas dasar hal terse but, citraan dapat dibedakan atas tujuh (7) macam, yaitu:

1.    Citraan Penglihatan
Citraan ini dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat menjadi seolah-olah kelihatan.

2.    Citraan Pendengaran
Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau anomatope dan persajakan berturut-turut sehingga hal-hal yang tidak terdengar menjadi  seolah-olah terdengar.

3.    Citraan Penciuman
Citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bau atau aroma sehingga hal-hal yang tidak tercium baunya menjadi seolah-olah tercium.

4.    Citraan Perasaan
citraan ini dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan isi atau suasana hati sehingga seolah-olah pembaca ikut merasakan.

5.    Citraan Rabaan
Citraan yang berupa rangsangan-rangsangan kepada sentuhan.

6.   Citraan Pikiran/Intelektual
Citraan pikiran/intelektual adalah citraan yang dihasilkan asosiasi pikiran.

7.   Citraan Gerak
Citraan ini dihasilkan dengan menghidupkan dan memvisualkan suatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak.



Contoh puisi
Angsa
Angsa itu datang di waktu malam
Tak ada yang tahu bagaimana ia terbang
Dari rembulan hinggap di wuwungan
Kau ceritakan : bulu-bulu yang seputih awan
Angsa itu datang  diundang hujan
Wangi tanah dan harum mawar menjadi genderang
Mengiringi tarian yang panjang
Kau ceritakan: bulu-bulunya yang sehitam awam
Karya: Kusprihyanto Namma




Pahlawan Idolaku
    Betapa karas perjuanganmu guru
    Dengan pena kau tebas semua musuh
Hujan keringat tak pudarkan semangtmu
Kebodohan tak berkutik dibuatmu
Sungguh besar jasamu bagiku
Guru, engkau pahlawan idolaku
            Karya : Merini Elzah (Singkawang, 2007)

Kebahagiaan

Jalan itu menuju bahagia dan sukses
Tidak selalu lurus
Ada bundaran bernama kegagalan
Ada tikungan bernama kebingungan

Tanjakan bernama teman
Lampu kuning, saudara
Lampu hijau, keluarga
Lampu Merah, musuh

Kita akan sesekali mogok
Dan ban kita kempes
 Itulah kehidupan kita

Tetapi
Jika membawa
Ban Cadangan dan tekad
Maka
Apa yang kita cita-citakan
Dan yang kita impi-impikan
Akan tercapai

Selamat menuju kebahagian
        Karya : Ambrosius (2007)

SEJENAK PENGORBANAN
Lihat dia sedang berjuang
Semua rasa ketakutan di dunia ini
Juga seperti ilusi yang lenyap Dari sisiku dan benak pikiranku
Dalam hati tidak membayang ketakutan
Hanya membayang semangat kepahlawan
Dan senyuman penuh harapan

Demi Negara
Darah merahnya tidak dia hiraukan
Demi Negara
Dia terpisah dari dunia fana
Demi Negara
Dia kehilangan hari mudanya

Kadang kala pengorbanan itu
Sumber kegundahan atau kebodohan
Tapi kadang kala
Juga mengutarakan perasaan yang tulus
            karya : Ricky Tjhang

AKU
Aku tetaplah aku
Walaupun aku tampak ceria
 Bukan jaminan bahwa hatiku takkan lesu
Karena aku seorang manusia biasa

Jalan hidupku sering berbelok-belok
Tanpa ada tujuan untuk dicapai
Meskipun aku mencoba untuk mengelak
 Tapi tak pernah bisa aku lalui

Seperti setangkai bunga di jalan
Yang menjalani hidup tanpa tujuan
Inilah aku ya Tuhan
Hamba-Mu yang selalu mengikuti aliran

Jika aku ini dikasihi
Maka hatiku penuh bersuka
Namun
Apabila aku disakiti
Maka hatiku pastilah berduka
         karya : Devi

AIR MATA BINTANG KUTUB UTARA
Bagi layang putus
Lenyap di antara lautan manusia
Akhirnya kehilangan juga wajahmu

Sebentar lagi meteor harapan kan muncul
Jika kenyataan dapat tercapai
Apakah cinta kita abadi?

Kedua bola matamu merah karena tangis
Janji yang basah kuyup
Tenggelam dalam hatiku

Kuangkat kepala
Kulihat cinta yang hilang
Seluruh semesta menangis

Esok mungkin tak sempat berubah
Tapi semakin hari semakin jauh
Air mata bintang kutub utara

Aku merindukanmu
              Karya : Lievia Tresia

SANG PENEBUSsemilir angin di malam gelap
Memberi ciri kedatangan-Nya
Berjuta-juta bintang bertaburan
Seakan bersujud pada-Nya
Dia manusia biasa
Perlu makan
Perlu minum
Perlu menangis
Tapi benarkah
Dia sama dengan kita, Dengan manusia?
Samakah kita dengan-Nya?
Inikah yang disebut misteri?
Adakah balasan untuk-Nya?
Bagaimana kita terhadap sesama
Oh, Sang Penebus
Terangilah jalan kami
Dan alam karya-Mu
Sebagai tanda
Cinta kasih-Mu 
               Karya Rinasari

Malaikat Maut
 
darah dan kekerasan
hitam dan merah
di mana malaikatku?

warna putih menghilang!
cahaya tak ada!
ke mana malaikatku?

dan waktu hancur
lebur dalam limbah industri
sedang apa malaikatku!

dia melayang-layang di atas
aku tahu!

dia menangis dan tertawa
di saat bersamaan
mengambil nyawa manusia

aku sakit melihatnya
melihat malaikatku
yang berubah

menjadi malaikat maut
                        karya Louis Angel


Mengungkapkan Isi Suatu Puisi yang Disampaikan secara Langsung ataupun melalui Rekaman
Anda telah belajar membaca puisi dan mengungkapkan isi puisi yang anda baca. Sekarang anda akan belajar mendengarkan dan menangkap isi puisi. Dengan mendengarkan puisi, anda akan mengetahui jenis-jenis puisi. Jenis puisi ada bermacam-macam, diantaranya :
1.   Balada, yaitu puisi yang mengisahkan suatu cerita.
2.   Elegi, yaitu puisi yang berisi ungkapan kesedihan seseorang.
3.   Roman, yaitu puisi yang berisi ungkapan rasa cinta kasih kepada seorang kekasih.
4.   Ode, yaitu Puisi tentang kepahlawanan.
5.   Himne, yaitu puisi yang berisi pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6.   Satire, yaitu puisi yang berisi sindiran terhadap suatu kebijakan.
Untuk mengetahui makna puisi, Anda harus memahami kata bermakna lambang dalam puisi. Kata-kata tersebut ada yang bermakna lugas, ada pula yang bermakna kias atau lambang.
Perhatikan Kutipan puisi  berikut!


Selain kata bermakna lambang, untuk mengungkapkan isi puisi harus diketahui suasana yang tergambar dalam puisi, misalnya suasana kecewa, gelisah, haru, sepi, tenang, bimbang, dan sebagainya. Dengarkan pembacaan puisi berikut!

Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen

Karya sastra seperti novel, cerpen dan agenda.
Tulisan yang bukan jenis sastra seperti narasi, iklan, artikel, majalah.

1. Menulis Cerpen berdasarkan pengalaman Pribadi

Pengalaman pribadi adalah pengalaman yang pernah dialami seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman pribadi dapat kita jadikan bahan untuk menulis cerpen. Cerpen merupakan genre sastra yang jauh lebih muda usianya dibandingkan dengan puisi dan novel. Tonggak penting sejarah penulisan cerpen di Indonesia dimulai Muhamad Kasim dan Suman Hasibuan pada awal 1910-an.
Sebelum menulis cerpen, sebaiknya kita memahami dahulu  cerpen dan seluk beluknya, untuk itu, cermatilah pemaparan tentang cerpen berikut dengan baik.
Cerpen merupakan cerita yang pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa (konflik tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas dan utuh. Awal cerita (opening) ditulis secara menarik dan mudah diingat para pembaca. Kemudian, pada bagian akhir cerita (ending) ditutupi dengan suatu kejutan (suprise).

Ada beberapa ciri yang melekat pada cerita pendek. Ciri antara lain:
Cerpen  harus pendek.
Artinya, cukup pendek untuk dibaca dalam sekali duduk. Cerpen memberi kesan kepada pembacanya terus-menerus, tanpa terputus-putus, sampai kalimat terakhir.

Cerpen  seharusnya mengarah untuk membuat efek yang tunggal dan unik.
Sebuah cerpen yang baik mempunyai ketunggalan pikiran dan action yang bisa  dikembangakan lewat garis yang langsung dari awal hingga akhir.

Cerpen harus ketat dan padat.
Cerpen harus berusaha memadatkan setiap gambaran pada ruangan sekecil mungkin. Maksudnya agar pembaca mendapatkan kesan tunggal dari keseluruhan cerita.\

Cerpen harus tampak sungguhan.
 Seperti sungguhan adalah dasar dari semua seni mengisahkan cerita. Semua tokoh ceritanya dibuat sungguhan, berbicara dan berlaku seperti manusia yang betul-betul hidup.

Cerpen harus memberi kesan yang tuntas.
Selesai membaca cerpen, pembaca harus merasa bahwa cerita itu betul-betul selesai. Jika ujung cerita masih terkatung-katung, pembaca akan merasa kecewa.

Cerita pendek dapat kita tulis berdasarkan pengalaman pribadi kita. Tentu saja pengalaman yang pernah kita alami tidak begitu saja kita tuliskan, namun kita juga harus paham tentang unsur-unsur yang harus ada dalam cerpen. Unsur yang harus ada dalam cerpen meliputi  unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik cerpen adalah unsur yang membangun cerpen dari dalam cerpen itu sendiri.
Unsur intrinsik meliputi:


1. Tokoh dan karakter tokoh
Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan atau karakter menunjukkan pada sifat dan sikap para tokoh  yang menggambarkan kualitas pribadi seseorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Secara umum, kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis yang merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan pembaca. Adapun tokoh antagonis adalah tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis merupakan penentang tokoh protagonis.

Tokoh: pameran atau orang yang memerankan tokoh.
Ada 3 tokoh yaitu:
     1. Tokoh protagonis (atau disebut juga sebagai tokoh utama). Tokoh protagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku baik.
   2. Tokoh antagonis (tokoh yang menentang tokoh utama). Tokoh antagonis merupakan tokoh yang biasanya berperilaku jahat.
   3. Tokoh tritagonis (tokoh yang mendukung tokoh utama). Tokoh tritagonis merupakan
tokoh yang biasanya membantu tokoh protagonis dan biasanya berperilaku baik.
Penokohan / perwatakan : penentuan sifat  tokoh dalam cerita.
Ada 2 teknik untuk memperlihatkan penokohan / perwatakan yaitu :
1. Melalui teknik analitik (menyebutkan secara langsung)
2. Melalui teknik dramatik (secara tidak langsung)

2.  Latar (setting) 
Latar dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret(nyata) dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Latar dapat dibedakan menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.
Latar : menggambarkan tempat, waktu, suasana peristiwa dalam cerita.

3.  Alur (plot)
Alur adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan kenapa hal ini bisa terjadi. Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur biasanya disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat digunakan dalam menyusun bagian-bagian cerita, yakni sebagai berikut.
a) Pengarang  menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai penyelesaian. Urutan peristiwa tersebut meliputi:
  • Mulai melukiskan keadaan (situation);
  • Peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses);
  • Keadaan mulai memuncak (rising action);
  • Mencapai titik puncak (klimaks);
  • Pemecahan masalah/penyelesaian (denouoment);

b) Pengarang menyusun peristiwa secara tidak berurutan. Pengarang dapat memulai dari peristiwa terakhir atau peristiwa yang ada di tengah, kemudian menegok kembali pada peristiwa-peristiwa yang mendahuluinya. Susunan yang demikian disebut alur mundur.
Alur : jalur cerita atau rangkaian jalannya cerita. Pententangan atau konflik.
Alur ada 3 yaitu alur maju, alur mundur dan alur campuran.
Ada lima tahapan dalam alur :
  • Perkenalan,
  • Penanjakan,
  • Klimaks
  • Puncak klimaks, dan
  • Anti klimaks atau penyelesaian.


4. Sudut pandang (point of view)
Sudut pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita. Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan kepada siapakah yang menceritakan kisah tersebut?
Ada beberapa macam sudut pandang, diantaranya sudut pandang orang pertama (gaya bahasa dengan sudut pandang  “aku”), sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
  Sudut pandang ada 2 yaitu sudut pandang pertama dan sudut pandang ketiga.

5. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi (pilihan kata), penggunaan majas, dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni pengungkapkan seorang pengarang terhadap karyanya.

6. Tema 
Tema adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut secara keseluruhan.

7. Amanat 
Melalui amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang berupa pemecahan masalah atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam cerita.
  Amanat : pesan untuk para pembaca

 
       b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun cerita sebuah karya. Unsur ekstrinsik karya sastra, antara lain:
  • Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
  • Psikologis pengarang (yang mencakup proses kreatifnya), psikologi pembaca, dan panorama prinsip-prinsip psikologi  dalam sastra.
  • Keadaan di lingkungan pengarang, seperti ekonomi, politik dan sastra sosial.
  • Pandangan hidup suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lainnya.
Setelah seluk beluk cerpen kita pelajari, selanjutnya kita dapat menentukan tema cerita. Tema cerita tersebut dapat diperoleh dari hasil pengoleksian dan pengumpulan data tentang berbagai pengalaman yang pernah kita alami. Dari tema tersebut dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok pikiran. Pokok-pokok pikiran tersebut kita susun menjadi sebuah kerangka karangan. Kerangka karangan tersebut selanjutnya kita kembangkan menjadi sebuah karangan yang utuh menggunakan bahasa yang baik dan benar


  Unsur ekstrinsik : unsur yang membangun karya sastra dari luar.


a.  Latar belakang penciptaan               : berkaitan dengan tujuan dari karya sastra.


b.  Sejarah latar belakang pengarang    : berkaitan dengan kondisinya seperti sosial,  masyarakat dari  karya sastra sosial.


c. Kondisi masyarakat                               : berkaitan dengan kondisi sekarang dari karya sastra seperti tentang pemanasan global atau kondisi masyarakat.


d. unsur psikologis (PSI)                         : berdasarkan psikologis pengarang.

Bahasa konotatif adalah bahasa yang memiliki makna lain (ambiguita).


2.      Menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain

Menulis cerpen berdasarkan pengalaman orang lain tidak jauh berbeda dengan menulis cerpen berdasarkan pengalaman pribadi. Hal pertama yang harus anda lakukan adalah mendata pengalaman-pengalaman orang lain yang sekiranya menarik untuk dibuat cerpen. Pilihlah satu saja dari berbagai pengalaman tersebut yang paling mudah Anda pahami tanpa meninggalkan esensi kemenarikannya. Hal ini penting karena dengan pemahaman itu Anda akan lebih mudah mengembangkannya berbagai ide untuk menyusun sebuah cerpen yang menarik. Selanjutnya,buatlah kerangka cerita agar penulisan cerpen Anda nantinya tersusun rapi dan berpola. Buatlah cerpen dengan mengembangkan daya imajinasi Anda.


                 Menemukan nilai-nilai Cerita Pendek (Cerpen) melalui Kegiatan Diskusi
Tahukah Anda selain unsur-unsur pembangun, dalam karya sastra terdapat juga nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, di antaranya :

(1)    Nilai agama/ nilai religius, yaitu nilai yang berhubungan dengan aturan agama, yang berisi perintah dan  larangan Tuhan, misalnya perintah untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing dan larangan mabuk-mabukan.

(2)    Nilai moral, yakni nilai yang berhubungan dengan tingkah laku manusia dalam bergaul dengan  manusia lain, misalnya menghormati orang tua, santun kepada semua orang, dan sebagainya.

(3)     Nilai sosial, yakni yang berhubungan dengan peraturan yang berlaku di masyarakat, misalnya tentang kehidupan bergotong-royong, saling membantu tetangga yang membutuhkan, dan sebagainya.

(4)    Nilai adat/ tradisi/ budaya, yakni nilai yang berhubungan dengan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, misalnya adanya upacara adat perkawinan atau penguburan mayat, selamatan, dan sebagainya.





Menganalisis Unsur-Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Indonesia / Terjemahan


              Pihak yang diharapkan datang ke negeri kita ini bukan hanya para turis ataupun wisatawan luar negeri, tetapi juga karya-karyanya, salah satunya novel.  Apabila wisatawan asing dapat memberikan devisa bagi negara maka novel asing pun dapat menambah kekayaan ilmu bangsa kita. Itulah salah satu manfaat yang dapat kita peroleh dari novel asing. Oleh karena itu, kita perlu mempelajari dan kita bandingkan dengan novel indonesia sendiri.
Baik itu berupa novel indonesia ataupun novel terjemahan, kandungan unsur-unsur yang dimilikinya sama saja, yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik. Adapun unsur intrinsik novel meliputi alur (plot), tema, penokohan, sudut pandang (point of view), latar (setting), amanat.
               Sementara itu, unsur ektrinsiknya meliputi aspek kepengarangan dan kondisi sosial budaya yang melatarbelakang penciptaan novel itu.
 1.            Unsur-Unsur Intrinsik Novel
berikut ini penjelasan mengenai unsur-unsur intirnsik novel.
a.              Alur (Plot)
Alur merupakan pela pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Inti sari alur ada pada konflik cerita. Akan tetapi, suatu konflik dalam novel tak bisa dipaparkan begitu saja;  jadi harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur terdiri atas :
(1) Pengenalan,
(2) Timbulnya konflik,
(3) Konflik memuncak,
(4) Klimaks,  dan
(5) Pemecahan masalah
Di fase pengenalan, pengarang mulai melukiskan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh cerita sebagai pendahuluan. Di bagian kedua pengarang mulai menampilkan pertikaian yang terjadi di antara tokoh. Pertikaian ini semakin meruncing, dan puncaknya terjadi di bagian keempat (klimaks). Setelah fase tersebut terlampaui, sampailah di bagian kelima (pemecahan masalah). Alur pun menurun menuju pemecahan masalah dan penyelesaian cerita.
Itulah unsur-unsur alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur serperti di atas, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan (supsense). Supsense inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti cerita.
Dari susunan alur di atas jelaslah bahwa kekuatan sebuah novel terletak pada kemampuan pengarang membawa pembacanya menemui konflik, memuncaknya konflik, dan berakhirnya konflik. Timbul konflik sering berhubungan erat dengan unsur watak dan latar. Konflik dalam cerita mungkin terjadi karena watak seorang tokoh yang menimbulkan persoalan bagi tokoh lain atau lingkungannya.

b.              Tema
Tema adalah inti atau ide pokok sebuah cerita. Tema merupakan pangkal tolak pengarang dalam menyampaikan cerita. Tema suatu novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, dan sebagainya.

c.              Penokohan
Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk menggambarkan karakter seorang tokoh, pengarang dapat menyebutkan secara langsung,  misalnya  si A itu penyabar, si B  itu murah hati. Penjelasan karakter tokoh dapat pula melalui gambaran fisik dan perilakunya, lingkungan kehidupannya, cara bicaranya, jalan pikirannya, ataupun melalui penggambaran oleh tokoh lain.

d.         Sudut Pandang (Point of  View)
Sudut pandang adalah posisi pengarang atau narator dalam membawakan cerita. Posisi pengarang dalam menyampaikan cerita ada beberapa macam :
1)     Narator Serba tahu
Dalam posisi ini,  narator bertindak sebagai pencipta segalanya yang serba tahu. Ia tahu segalanya. Ia dapat menciptakan segala hal yang diinginkannya. Ia dapat  mengeluarkan dan memasukkan para tokoh. Ia dapat mengemukakan perasaan, kesadaran, ataupun jalan pikiran para tokoh. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para tokohnya, bahkan dapat pula berbicara langsung dengan pembacanya.

2)     Narator objektif
Dalam teknik ini, pengarang tak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi "hasil pandangan mata".  Pengarangnya menceritakan apa yang terjadi seperti penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dalam kenyataan-kenyataannya, orang memang hanya dapat melihat apa yang diperbuat orang lain. Dengan melihat perbuatan  orang lain tersebut, kita dapat menilai kehidupan kejiwaannya,  kepribadiannya,  jalan pikirannya, dan perasaannya.  Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dari perbuatan mereka.  Dalam hal ini, jelasnya bahwa pembaca sangat diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.

3)     Narator aktif
Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang-kadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami). Dengan kedudukan demikian, narator hanya dapat melihat dan mendengar apa yang orang biasa lihat atau dengar. Narator kemudian mencatat tentang apa yang dikatakan atau dilakukan tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan pendengaran. Narator tidak dapat membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya menafsirkan dari tingkah laku fisiknya. Narator juga tidak dapat melompati jarak yang besar, Hal-hal yang bersifat psikologis dapat dikisahkan jika menyangkut dirinya sendiri.

4)     Narator sebagai peninjau
Dalam teknik ini, pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian cerita kiat ikuti bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya bisa memberitahukan kita semua apa yang dia lihat saja. Jadi  teknik ini berupa  penuturan pengalaman seseorang. Dalam beberapa hal,  teknik  ini sebenarnya hampir sama dengan teknik orang pertama, tetapi teknik ini lebih bebas dan fleksibel dalam bercerita.


e.         Latar
Latar (setting) merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh.  Dalam cerpen, novel ataupun bentuk prosa lainnya, kadang-kadang juga tidak disebutkan secara jelas latar perbuatan tokoh itu. Misalnya, di tepi hutan, di sebuah desa, pada suatu waktu, pada zaman dahulu, di kala senja.


F.         Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan ang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya itu. Tidak jauh berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam novel akan disimpan rapi dan disembunyikan pengarangnya  dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk menemukannya, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi harus menghabiskannya sampai tuntas.


2.    Unsur-Unsur Ekstrinsik

Unsur- unsur ektrinsik adalah unsur luar yang berpengaruh terhadap isi novel itu.  Termasuk ke dalam unsur luar itu adalah latar belakang pengarang, kondisi sosial budaya, dan tempat atau lokasi novel itu dikarang.

a.    Latar belakang
latar belakang pengarang menyangkut asal daerah atau suku bangsa,  jenis kelamin,  pendidikan,  pekerjaan,  agama,  dan ideologi pengarang.  Unsur-unsur ini sedikit banyak akan berpengaruh pada isi novelnya. Misalnya novel yang dikarang orang Padang akan berbeda dengan novel yang dibuat oleh orang Sunda, orang Inggris atau orang Arab.
b.    Kondisi Sosial budaya
Kondisi sosial budaya, misalnya novel yang dibuat pada zaman kolonial akan berbeda dengan novel pada zaman kemerdekaan, atau pada masa reformasi.  Novel yang dikarang oleh orang yang hidup ditengah-tengah masyarakat metropolis  akan berbeda dengan novel yang dihasilkan oleh pengarang yang hidup di tengah-tengah masyarakat tradisional.
c.    Tempat atau kondisi alam
Tempat atau kondisi alam, mislanya novel yang dikarang oleh orang yang hidup di daerah pertanian, sedikit banyak akan berbeda dengan novel yang dikarang oleh orang yang terbiasa hidup di daerah gurun.

Untuk mengetahui wujud unsur-unsur ektrinsik itu, tentu kita harus mengetahui biografi pengarangnya beserta tahun penerbitnya.